Menanti Imam Dambaan Umat dari Anging Mammiri


Menanti Imam Dambaan Umat dari Anging Mammiri

Mendengar kata retret, pikiran kebanyakan orang langsung tertuju pada masa-masa bermenung di suatu tempat sepi. Retret merupakan masa yang digunakan untuk melihat kembali perjalanan hidup yang telah dilalui dan membangun niat untuk memulai hidup baru. Namun bagi para calon imam Diosesan Keuskupan Agung Makassar (KAMS), yakni para frater Seminarium Anging Mammiri Yogyakarta, retret adalah masa berlibur bersama Yesus agar lebih mengenal dan mencintai-Nya.
Retret ini diadakan di Wisma pojok pada tanggal 17-21 Juni 2011 di bawah bimbingan Mgr. Prajasuta, MSF, Uskup Emeritus Banjarmasin. Dalam sharingnya, Mgr. Prajasuta menghimbau para frater agar bisa menjadi frater dambaan umat dan menjadi imam dambaan umat pula kelak. Para frater diharapkan mampu menjadi pelayan, baik di dalam maupun di luar komunitas Anging Mammiri, terutama di medan karya KAMS. Melalui retret ini, para frater diajak untuk memiliki sikap DRS dan GRS. Apa itu DRS dan GRS?

Disposable, Rendah Hati, dan Sederhana (DRS)
Seorang imam yang baik harus memiliki ketiga sikap ini, yakni disposable, rendah hati dan sederhana. Imam yang disposable berarti iman yang siap sedia untuk melayani. Pelayanan yang diberikan harus setulus hati karena umat berhak mendapatkannya. Imam mesti mendahulukan kepentingan umat daripada kepentingannya sendiri. Imam mesti selalu siap sedia melayani umat kapan pun, dimana pun, dan tanpa membeda-bedakan umat. “Nah, kalau ada imam yang tidak siap sedia melayani, itu namanya imam lucu-lucu, imam ngawur…!” tegas Mgr. Praja disertai tawanya yang khas. “Imam harus menghidupi amanat tahbisan: ‘Jadilah pelayan yang baik’. Imam itu bukan birokrat gerejawi, bukan bos, bukan raja yang hanya mau dilayani melainkan seorang pelayan,” tambahnya.
Imam juga diharapkan memiliki sikap rendah hati. Menurut Mgr. Praja, imam yang paling memuakkan adalah imam yang sombong. Seorang imam harus menyadari bahwa dirinya memerlukan orang lain. Imam harus mendengarkan masukan dari umat dan bersedia bekerja sama dengan umat. “Contoh sederhana saja, imam harus menyatakan ‘terima kasih’ atas kebaikan umat dan meminta maaf atas kesalahannya,” jelas Mgr. Praja.
Seorang imam juga sangat diharapkan memiliki sikap hidup sederhana. Imam yang sederhana menerima dirinya dan umat apa adanya, bukan ada apanya. Imam mesti bisa membedakan antara kebutuhan dengan keinginan atau properti. Terlebih lagi, imam harus bisa menerima kelemahannya dengan rendah hati dan percaya pada penyelenggaraan Ilahi. “Yah… kesederhanaan imam itu mudah saja dikenali melalui sikap, tutur kata, perilaku, dan penampilan yang santun dan terbuka. Kalo ada imam yang berlagak tidak sederhana, nanti akan saya Bom…!” candanya hingga membuat para frater terbahak-bahak.
Beliau mensharingkan pula pengalamannya berkaitan dengan DRS ini. Selama 20 tahun menjadi uskup, tidak satu orang imam pun yang meninggalkan imamat di keuskupannya. Beliau merasa sangat bersyukur melihat sikap DRS yang dimiliki para imamnya meskipun medan karya mereka begitu berat. Beliau berharap hal serupa tertanam dalam diri para frater Anging Mammiri, terlebih di bumi KAMS.

Gembala, Rasul, dan Saksi (GRS)
Yesus Kristus adalah Gembala yang Baik. Yesus Kristus menjadi teladan imam dalam melayani umat. Imam harus menyadari bahwa umat adalah titipan Tuhan yang harus digembalakan dengan sebaik-baiknya. Imam harus bisa dekat dan akrab dengan umat tanpa membeda-bedakan. Imam menaruh perhatian pada umat, pengertian, dan peka terhadap keperluan umat. Sebagai gembala, imam dituntut untuk menggembalakan umat dengan semangat pengorbanan yang tulus tanpa pamrih, penuh kerendahan hati, kesederhanaan dan dengan hati gembira. “Umat perlu dibimbing untuk semakin mengenal dan mencintai Yesus, Sang Gembala Agung. Nah sebagai gembala, kamu jangan menelantarkan umat...” imbuh Mgr. Praja kepada para frater.
Selain menjadi gembala, imam juga harus menjadi rasul. Artinya, imam mewartakan karya keselamatan seperti para rasul dan menghidupi semangat rasuli, seperti santo Paulus. “Ya, para imam dan frater harus bisa seperti Santo Paulus. Meskipun pada mulanya dia mati-matian menyerang orang Kristen, toh setelah bertobat ia malah menjadi rasul sejati. Berani gak?!?” tantangnya. Dengan menjadi gembala yang baik dan dilandasi semangat rasuli, para imam sudah menjadi saksi Kristus di tengah dunia.
            Menjadi imam merupakan sebuah pilihan yang penuh tuntutan dan konsekuensi. Mgr. Praja sendiri menegaskan bahwa pilihan untuk menjadi imam itu sangat berat. Berbeda dengan profesi lain, imam adalah pelayan sedangkan pada profesi lain seseorang bisa menjadi pemimpin. Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa tugas imam tidak hanya menjadi pelayan tetapi juga menjadi nabi, imam, dan raja. Imam bertugas mewartakan Kerajaan Allah, menguduskan, dan menggembalakan.
            Selain itu, Mgr. Praja menegaskan kepada para frater mengenai motivasi dasar untuk menjadi seorang imam. Ada tiga motivasi dasar yang perlu diketahui dan disadari oleh para frater, yakni cibus, status, dan Kristus.
Cibus adalah motivasi menjadi imam karena persoalaln material. Misalnya, seseorang menjadi imam hanya karena tidak ingin melarat. Hidup seorang imam itu terjamin. Seorang imam tidak perlu berpikir keras mengenai persoalan ekonomi sebagaimana awam. Namun, apabila motivasi ini yang lebih dominan dalam panggilan maka hal ini tidak sesuai dengan hakikat panggilan.
Demikian pula dengan motivasi status. Status adalah motivasi menjadi imam karena alasan kedudukan. Seorang imam biasanya dihormati dan dipandang secara terhormat. Seorang imam diperlakukan istimewa, berbeda dengan kaum awam. Namun apabila hal ini yang menjadi motivasi dasar maka lebih baik memilih jalan lain yang lebih cocok dalam motivasi tersebut.
Nah, Kristuslah yang harus menjadi motivasi dasar dalam panggilan. Seorang calon imam perlu menyadari bahwa apakah Kristus yang menjadi motivasi dasar dalam menjalani panggilannya? Apakah ia menjadi imam demi pelayanan umat Allah? Jika ya, maka ia harus mempertahankannya agar tidak terbuai oleh tawaran motivasi lain. Jika tidak, maka motivasi itu perlu dimurnikan.
            Maka melalui retret yang disebut berlibur bersama Yesus ini, para frater diajak untuk menjadi imam yang berlandaskan motivasi Kristus. Dengan memiliki motivasi Kristus dan sikap DRS-GRS, niscaya calon imam seorang calon imam akan menjadi dambaan umat. Demikianlah harapan Mgr. Praja kepada para frater Anging Mammiri. Semoga dari Anging Mammiri, bertumbuhlah calan imam dan imam-imam dambaan umat.

Penulis adalah calon imam diosesan Makassar dan mahasiswa Fakultas Teologi Wedabhakti Yogyakarta.

Mas Willy, inilah tulisan yang kumaksudkan di Email. Mudah-mudahan berkenan. Berkah Dalem.

Komentar

Postingan Populer