UJIAN AD AUDIENDAS



Surat untuk Sahabat...

Tidak mudah menjadi imam, Bro. Tidak mudah menjalani panggilan sebagai orang Kristiani, apalagi menjadi Alter Christus di dunia. Ini sudah berkali-kali kukatakan padamu. Semoga kamu tidak bosan mendengarnya.

Kini kutuliskan lagi, karena besok aku harus ujian Ad Audiendas. Itu, Bro, ujian kebijaksanaan di hadapan seorang Vicaris General, ahli moral, dan ahli hukum Gereja. Aku harus berhadapan dengan kasus-kasus yang biasa ditemui dalam pelayanan pastoral, entah dalam konseling maupun dalam pengakuan dosa. Itu adalah ujian persyaratan atau iurisdiksi untuk bisa menjadi imam pengaku dosa. Kalau tidak lulus, maka aku tidak akan bisa melayani pengakuan dosa. Masih bisakah aku layak disebut imam?

Bagaimana pun kondisinya, setiap ujian harus dihadapi, bukan? Satu-satunya cara untuk melulusinya adalah dengan menghadapinya. Apapun hasilnya, kupasrahkan kepada Tuhan. Aku siap dengan segala kemungkinan, bahkan terhadap kemungkinan yang paling buruk sekalipun.

Aku pernah bermimpi untuk melangkahi hari ini andai saja aku bisa. Namun, Tuhan tidak pernah membiarkan kita melangkahi rencananya, bukan? Ini adalah ujian yang paling mendebarkan bagiku. Ini menyangkut soal layak tidaknya aku menjadi imam, pantas tidaknya aku memberi pengakuan dosa kelak.

Memang, masih terbuka banyak jalan, entah mengulang ujian di tahun berikut, atau pulang ke keuskupan untuk diuji oleh uskup sendiri. Namun, ketidaklulusan adalah suatu aib yang melekat. Banyak bibir di setiap generasi akan mencemooh. Bahkan, dalam waktu sangat singkat, ketidaklulusan membuat kita menjadi sangat tenar. Tapi apa yang perlu dibanggakan jika tenar karena ketidaklulusan?

Bro, sekian dulu suratku untukmu. Aku ingin kamu mendoakan aku. Aku sangat ingin melulusi ujian besok. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang gagal. Akh???

Doakan ya, Bro... Janji, kalau kita ketemu, saya traktir deh.

Makasih ya...
Tuhan memberkatimu...

Komentar

Postingan Populer