Lilin Kehidupan


RENUNGAN PAGI PETRA FM
Jumat, 25 Maret 2011

Bacaan: Matius 21:33-46

Sahabat Petra yang terkasih…
Mengawali renungan kita pada pagi ini, saya akan menceritakan sebuah kisah yang berjudul Pertobatan Sekarang. Kisah ini saya ambil dari buku 1500 Cerita bermaknayang ditulis oleh Frank Mihalic, SVD. Ceritanya demikian.
Seorang raja Saxon zaman dahulu harus meninggalkan tahtanya untuk memadamkan pemberontakan. Sesudah pemberontakan berakhir, raja itu menyalakan lilin di pintu masuk istananya, tempat dia bermarkas sementara. Dia menyalakan lilin dan mengumumkan kepada semua orang yang telah memberontak melawannya bahwa orang yang menyerah dan mengambil sumpah kesetiaan pada saat lilin itu masih menyala, akan diampuni. Raja itu menawarkan pengampunan hanya selama lilin itu menyala.
Tuhan pun demikian. lilin itu adalah jangka kehidupan kita.

Sahabat Petra yang terkasih,
            Dalam bacaan tadi, kita mendengarkan perumpamaan tentang penggarap2 kebun anggur. Dikisahkan bahwa ketika musim petik anggur sudah tiba, Sang Tuan Tanah mengirimkan utusan2nya kepada para penggarap. Namun apa yang terjadi? Para utusan itu dibunuh. Selanjutnya, Sang Tuan Tanah mengirimkan lagi utusan2 baru. Kali ini jumlahnya lebih banyak. Kiranya Sang Tuan Tanah bermurah hati mengampuni perbuatan para penggarap kebun anggur itu. Tapi apa yang terjadi dengan utusan2 baru itu? Mereka juga dibunuh. Akhirnya, Sang Tuan Tanah mengirim anaknya sendiri. Karena kemurahan hatinya, ia rela mengutus anaknya. Padahal secara manusiawi, hal itu harus dipertimbangkan lagi. Sedangkan para utusannya yang berjumlah banyak itu dibunuh, apalagi anaknya yang hanya seorang saja? Ia mengatakan bahwa para penggarap akan merasa segan pada anaknya itu. Tapi apa yang terjadi? Para penggarap itu malah sangat ingin membunuh anak itu. Hal ini terbukti dari kata-kata mereka, “Ia adalah ahli waris. Mari kita membunuhnya agar warisannya menjadi milik kita.” Anak itu pun ditangkap, dilemparkan ke luar kebun anggur, dan dibunuh.
           
Sahabat Petra yang terkasih,
            Untuk apa Yesus mengatakan perumpamaan ini? Sebenarnya, perumpamaan tentang penggarap2 kebun anggur ini adalah kisah alegoria. Tiap-tiap unsur dalam cerita ini mempunyai makna sendiri2. Sang Tuan Tanah adalah Allah sendiri, para utusan adalah para nabi, para penggarap adalah manusia (dalam hal ini, orang2 Yahudi pada zaman itu), dan Sang Anak adalah Yesus sendiri. Berkali-kali Allah mengirimkan utusannya (para nabi) kepada manusia tetapi para nabi itu ditolak, bahkan dibunuh. Mengapa Allah tidak jemu2 mengirimkan para nabi? Karena ia menyayangi umatNya. Ia begitu murah hati dan Maha Pengampun. Karena begitu besar kasihNya, Ia mengutus Anaknya sendiri ke bumi untuk menyelamatkan manusia.
            Ada satu hal menarik yang dikisahkan dalam teks ini. Ketika Yesus menceritakan perumpamaan ini, ada orang-orang Farisi dan imam-imam kepala yang turut mendengarnya. Sebelum akhir perikop ini, dikatakan bahwa “Ketika imam2 kepala dan ahli2 Taurat mendengar perumpamaan Yesus, mereka mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkanNya. Dan mereka berusaha menangkap dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak karena orang banyak itu menganggap Yesus sebagai Nabi.” Nah, sikap orang Farisi dan imam-imam kepala ini harus kita perhatikan dengan jeli. Kalau kita merefleksikan sikap mereka, sebenarnya kadang-kadang kita bersikap seperti orang2 itu. Mereka sudah disadarkan. Mereka diingatkan bahwa para nabi yang diutus Allah telah dibunuh oleh nenek moyang mereka. Tetapi apa yang mereka lakukan? Mereka berusaha membunuh Yesus. Hal yang dituntut sebetulnya adalah pertobatan. Menurut refleksi saya, Yesus ingin mengatakan “Hai kamu orang2 berdosa, Bertobatlah!” Yesus ingin agar mereka bertobat. Yesus ingin agar saya, anda, dan kita semua bertobat. Nah, sahabat Petra, Masa Prapaskah ini adalah masa yang sangat tepat bagi kita untuk melihat kembali perjalanan hidup kita. Sejauh mana kita melaksanakan kehendak Allah? Sejauh mana kita menyesali dosa-dosa kita?
           
            Sahabat Petra,
Allah begitu bermurah hati kepada kita. Seandainya Ia tidak bermurah hati, Ia tidak akan mengirimkan para nabi bahkan Yesus untuk menyelamatkan kita. Melalui para nabi dan Yesuslah, kita melihat jalan untuk kembali kepada Allah. Kemurahan hatinya ini diberikan secara cuma-cuma. Pernahkah kita mendengar Tuhan meminta bayaran atas kasihNya yang telah diberikan kepada kita? Atau pernahkah kita mendengar ada orang yang dihukum oleh Allah karena tidak membayar kasih yang telah diberikan kepadanya? Allah tidak menuntut bayaran atas kasihNya. Bagaimanapun rasa syukur kita, hal itu tidak akan menambah kemuliaan Allah. Allah sudah begitu mulia. Hanya satu hal yang ia minta yakni iman. Lalu bagaimana iman itu ditumbuhkembangkan? Salah satunya adalah pertobatan. Maka mari kita berbenah diri. Di masa Prapaskah ini, kita mulai berproses membarui diri. Satu hal yang harus kita ingat, pertobatan yang diterima oleh Raja Saxon dalam cerita tadi hanya pertobatan yang dilakukan selama lilin masih menyala. Bagaiman dengan kita? Apakah kita mau bertobat kepada Tuhan selama Lilin Kehidupan kita masih menyala?

Komentar

Postingan Populer