Berani Memberi Kesaksin dengan Berbuat Kasih


Bacaan: Kis 5: 17-23
BERANI MEMBERI KESAKSIAN DENGAN BERBUAT KASIH
Fr. Pius ‘n Fr. Cornell
Petra FM, 06 Mei 2011
Sahabat Petra yang dikasihi Tuhan...
Sekarang ini tidak sedikit di antara kaum beriman yang “hilang iman” karena terbawa arus kemegahan duniawi. Tidak sedikit pula orang beriman malu atau bahkan takut untuk menunjukkan jatidirinya sebagai orang Kristen dalam hidup sehari-hari. Mereka ditolak atau dikucilkan oleh lingkungannya atau takut pula dicap sok suci. Meskipun demikian, ternyata masih banyak pula yang berani bersaksi tentang iman mereka akan Kristus.
Mari kita sejenak melihat para kudus dalam Gereja. Kita bisa belajar dari mereka tentang keberanian dalam memberikan kesaksian iman. Dalam Gereja, kita mengenal Santo Stefanus, Santo Valentinus, Santa Maria Magdalena Fontaine, Santa Agata, dll. Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak sahabat Petra melihat sepintas tentang Santa Agata. Dia adalah seorang martir perawan yang diperingati setiap tanggal 5 Februari. Kisahnya begini:
Santa Agata lahir di pulau Sisilia. Ia adalah seorang puteri bangsawan kaya yang berkuasa di Sisilia. Ketika ia mulai dewasa, ia dilamar oleh Quintianus. Quintianus ini adalah seorang pegawai tinggi kerajaan Romawi pada masa pemerintahan kaisar Decius (249-251). Quintianus begitu tertarik pada Agata sehingga ia bersikeras menikahinya. Tetapi Agata menolak lamaran Quintianus. Mengapa? Karena Agata sudah berjanji akan tetap hidup suci di hadapan Tuhan. Ia mengucapkan kaul kesuciannya sendiri di hadapan Tuhan. Akibatnya, ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara dengan maksud untuk mencemari kesuciannya. Tetapi semua usaha picik itu sia-sia belaka. Dengan bantuan rahmat Tuhan, Agata tetap menunjukkan dirinya sebagai mempelai Kristus yang teguh dan suci.
Quintianus semakin geram dan terus memerintahkan prajuritnya untuk menyiksa Agata agar ia mau berubah pikiran dan menikah dengannya. Namun Agata tetap menolak. Ia pun disiksa sampai akhirnya meninggal. Ia menghadapi ajalnya dengan tetap setia pada janji sucinya. Ia meninggal sebagai martir perawan dan pemberani dalam memberi kesaksian melalui kesetiaannya pada janji kesucian yang telah diikrarkannya di hadapan Tuhan.;

Nah, sahabat Petra yang terkasih...
Kisah Santa Agata ini mengajak kita untuk berani bersaksi sebagai pengikut Kristus dalam setiap langkah hidup kita. Keberanian bersaksi tentang iman ini jugalah yang menjadi pesan utama dari bacaan yang kita dengarkan hari ini. Pertanyaannya adalah bagaimana cara bersaksi? Ada begitu banyak cara yang dapat dilakukan. Nah, kembali ke ajaran Yesus tentang kasih. Sebagai orang Kristen, ciri khas yang semestinya kita tampilkan adalah berbuat kasih kepada orang lain. Dengan berbuat kasih, kita telah memberi kesaksian. Kesaksian melalui perilaku hidup yang baik itu lebih berdaya guna ketimbang kata-kata yang bagus dan indah. Lalu apa yang mesti kita lakukan?
Dalam hidup sehari-hari, kita semua mengemban tugas yang berbeda-beda sesuai dengan peran kita. Ada yang diberi peran sebagai anak, sebagai kakak, sebagai adik, sebagai pelajar, sebagai orang tua, guru, pekerja kantoran, petani, dan sebagainya. Nah di dalam tugas dan peran itulah kita harus bersaksi. Apapun pekerjaan kita, apapun yang kita lakukan, dan apapun status kita, kita harus tetap bersaksi tentang iman kita. Kita yakin bahwa Yesus akan menyertai kita. Yesus sendiri telah bersabda,” Jangan takut! Aku menyertai kamu sepanjang zaman”
Sahabat Petra...
Mari kita mencontoh para murid yang dengan berani memberi kesaksian tentang kebangkitan Yesus seperti dalam bacaan tadi. Meskipun mereka dikecam oleh majelis tua-tua bangsa Israel, mereka tetap berani untuk bersaksi. Mereka tetap mewartakan kebangkitan Yesus dengan cara mengajar dan juga berbuat kasih dengan menyembuhkan orang lain. Bahkan mereka pun terancam untuk dibunuh tetapi mereka tetap bersaksi. Maka, sahabat Petra yang dikasihi Tuhan, mari kita berani memberi kesaksian dalam hidup kita sehari-hari dengan tak henti-hentinya berbuat kasih. ***

Komentar

Postingan Populer