Menjadi Kebun Anggur yang Menghasilkan Buah yang Baik
RENUNGAN PAGI PETRA FM 103,7 MHz
Jumat, 09 Maret 2012
Tema : Menjadi Kebun Anggur yang Menghasilkan Buah yang Baik
Bacaan : Matius 21: 33-46
Doa Pembukaan
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin
Bapa yang Mahabaik, ada banyak alasan bagi kami untuk bersyukur padaMu. Pagi ini Engkau telah memberikan hari baru bagi kami untuk melanjutkan peziarahan kami di dunia ini. Terima kasih atas perlindunganMu semalam telah berlalu. Terima kasih atas hari baru yang indah ini. Terima kasih pula atas semangat hidup yang baru.
Di pagi yang indah ini ya, Tuhan, kami ingin merenungkan firmanMu. Kami mohon berkenanlah membuka akal budi dan mata hati kami agar kami dapat mendalami sabdaMu demi perkembangan iman kami kepadaMu. Kami menyadari bahwa kuasaMu tidak terselami. Kami menyadari pula bahwa pikiran kami terbatas untuk memahamiMu. Namun kami ingin mengenalMu lebih dekat, mencintaiMu lebih sungguh, dan memahamiMu lebih dalam.
Tuhan, kami tahu bahwa cinta kami terbatas dan tidak sempurna. Namun kami ingin mencintaiMu tanpa syarat, sebagaimana Engkau mencintai kami tanpa syarat dengan cintaMu yang sempurna dan tidak terbatas. Semua ini kami hunjukkan kepadaMu dengan perantaraan Kristus Tuhan kami, yang hidup bersama Dikau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amiiin.
Bacaan
Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain.
Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya.
Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu.
Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka.
Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani.
Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita.
Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya.
Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?"
Kata mereka kepada-Nya: "Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya."
Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.
Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya.
Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi.
Renungan
Sahabat Petra yang dikasihi Tuhan...
Di dalam bacaan yang baru saja kita dengarkan, ada sebuah perumpamaan. Perumpamaan ini tidak hanya sebatas perumpamaan biasa. Mengapa? Karena perumpamaan ini merupakan sebuah alegori karena berupa perbandingan yang mengungkapkan maksud yang sesungguhnya.
Tiap-tiap unsur cerita ini mempunyai makna sendiri-sendiri. Yang dimaksud dengan Tuan Tanah itu ialah Allah sendiri. Kebun anggur yang dimaksudkan tidak lain adalah bangsa pilihan Allah sendiri, yakni Bangsa Israel, seperti dalam Kitab Yesaya 5:1 dikatakan: “Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya: Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur.” Yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah bangsa Israel sendiri.
Lalu selanjutnya, yang dimaksud dengan hamba-hamba itu ialah para nabi, dan anaknya tidak lain adalah Yesus sendiri. Dikatakan bahwa “ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya.” Itulah yang terjadi juga pada diri Yesus, yakni dibunuh di luar tembok kota Yerusalem.
Kemudian yang dimaksud dengan penggarap-penggarap kebun anggur yang membunuh itu adalah orang Yahudi yang tidak percaya kepada Yesus. Dan terakhir, penggarap-penggarap lain yang menyewa kebun anggur itu ialah bangsa-bangsa lain yang dianggap kafir oleh orang Yahudi.
Sahabat Petra yang dikasihi Tuhan,
Sebagai orang Kristiani, kita adalah umat Israel yang baru. Kita adalah umat yang dipanggil sebagai pengikut Kristus karena Kristus adalah Anak Allah yang kita yakini akan mengantar kita pada hidup bahagia, baik di dunia ini maupun di akhirat. Kita percaya bahwa Yesus Kristus yang diutus Allah adalah penyelamat kita.
Kita sebagai umat Allah ibarat kebun anggur yang ditanami dan dipelihara Allah dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Namun kita terkadang tidak menanggapi kasih itu. Maka kita perlu belajar dari Rasul Paulus. Ia menganggapi panggilan kasih Allah dengan mengajak umat Kristen di Filipi dan dimana saja untuk mengamalkan nilai-nilai Kristiani.
Umat Kristiani yang baik adalah juga manusia yang baik dan hidup di dalam damai Allah. Kita sebagai orang-orang Kristiani adalah pengelola dan diharapkan agar kita menghasilkan buah-buah kehidupan Kristiani.
Allah sendiri telah melakukan apa saja untuk menunjukkan kasihNya kepada manusia, namun kasih itu ternyata tidak terbalas. Akibatnya, bukan Allah yang menderita melainkan manusia sendiri. Seperti yang digambarkan dengan indah dalam Mazmur 80:9-12.
“Engkau telah menyediakan tempat bagi dia, maka berakarlah ia dalam-dalam dan memenuhi negeri;
gunung-gunung terlindung oleh bayang-bayangnya, dan pohon-pohon aras Allah oleh cabang-cabangnya;
dijulurkannya ranting-rantingnya sampai ke laut, dan pucuk-pucuknya sampai ke sungai Efrat.”
Namun kebun anggur itu mengalami nasib malang. Tembok pagarnya runtuh, setiap orang yang lewat memetik buahnya. Dalam Mazmur 80:13 dikatakan bahwa babi hutan menggerogotinya dan binatang-binatang di padang memakannya. Selain itu, buah anggur yang dihasilkannya ternyata asam dan tidak manis. Lalu penyebabnya apa?
Dari pihak Allah, tidak ada lagi yang belum dikerjakan. Semua yang dibutuhkan oleh umatNya sudah disediakannya. Kesalahan mesti ada pada pihak umat Israel yang tidak tahu membalas budi. Kemalangan bangsa Israel merupakan buah kesalahan mereka sendiri bukan karena Allah kurang peduli, bukan karena Allah tidak berbuat apa-apa untuk kesejahteraan mereka melainkan karena sikap mereka yang menolak kehadiran Allah, entah melalui para nabi utusan atau bahkan melalui Putera Allah sendiri.
Sahabat Petra,
Ternyata bukan hanya nabi Yesaya yang mengumpamakan bangsa Israel dengan kebun anggur yang hasilnya mengecewakan itu. Pengumpamaan umat Israel sebagai kebun anggur juga disebutkan oleh Nabi Hosea dan Yeremia. Anggur, entah sebagai pohon anggur atau kebun anggur, adalah lambang sukacita tanpa batas, tanda kegembiraan besar yang Allah anugerahkan kepada umatNya. Dalam Injil Yohanes diungkapkan bahwa Yesus sendiri menyebut diriNya sebagai pokok anggur yang benar. Bapa di sorga adalah pemilik dan pengelolanya sedangkan murid-muridNya adalah ranting-ranting yang mendapatkan hidup dari pokok itu.
Apa yang salah dengan kebun anggur dan penggarap-penggarapnya? Apa yang salah dari bangsa Israel dan kita sebagai umat Israel yang baru? Mereka tidak melaksanakan kehendak Allah. Malahan dengan tegas menolaknya. Karena itu, mereka menderita karena Allah telah memilih Israel dan menyiapkan menjadi bangsa yang kudus bagi diriNya. Dia terus-menerus mengutus nabi-nabi untuk membantu mereka agar dapat menjawab panggilan Tuhan dengan menghasilkan buah-buah kesalehan, keadilan dan kebaikan. Tetapi Israel, khususnya para pemimpinnya, menyingkirkan para utusan Allah itu. Akhirnya mereka menuai bukan kesejahteraan melainkan kehancuran negara, bangsa, dan agama mereka. Mereka kehilangan pula kedudukan istimewa sebagai terang di antara bangsa-bangsa lain.
Nasib Israel dapat terjadi juga atas Gereja dan setiap kita sebagai anggotanya. Gereja telah mengambil alih tanggung jawab Israel sebagai terang dan garam di tengah-tengah umat dewasa ini. Allah telah menganugerahkan kepada kita GerejaNya: iman akan Yesus Kristus. Dia mempercayakan pula kepada kita tugas dan tanggung jawab Kristus untuk membangun kerajaanNya di bumi ini. Mulai dari diri kita sendiri, keluarga, tempat bekerja, bersama orang-orang yang ada di sekitar kita. Dia memberi kita kehidupan, kesehatan, kemampuan bekerja dan mencari nafkah, keluarga, sahabat-sahabat, orang tua, anak-anak, dan kaum kerabat. Melalui mereka kita menikmati kasih dan kehangatan, pengorbanan dan pengampunan, perlindungan, dan bimbingan Allah kepada kita. Segala fasilitas yang kita butuhkan untuk mengalami kebahagiaan dan membahagiakan orang lain, sarana untuk menampakkan kerajaanNya di dunia ini sudah diserahkanNya ke dalam kita melalui kesatuan Gereja.
Tetapi pertanyaannya bagi kita adalah mengapa buah-buah sukacita, damai sejahtera, dan kebebasan sering kali masih jauh dari hidup dan masyarakat kita? Seringkali begitu susah kita memikirkan apalagi melakukan yang benar, mulia, adil, suci, yang manis, dan sedap didengar. Sebabnya, kita masih terlalu sering khawatir mengenai banyak hal. Ataupun terlalu sibuk memikirkan kepentingan diri dan kelompok sendiri. Tak jarang kita terjebak dalam ketakutan, kecemburuan, iri hati, kecurigaan, kesombongan, amarah, keinginan balas dendam, dan sebagainya. Semua itu membuat kita lumpuh tak berdaya.
Pada dasarnya, itu pertanda kita tidak percaya akan kehadiran kasih Allah dalam hidup kita. Kita hidup secara duniawi belaka. Akibatnya, kita tidak menghsilkan apa-apa untuk keselamatan sendiri dan orang lain. Kalau demikian halnya, maka kita adalah kebun anggur Tuhan yang kurang berguna. Bersama Yesus dalam Roti Ekaristi kita mau menanggapi rahmat Allah untuk membangun kerajaanNya di bumi ini dan tidak membiarkan tugas itu dialihkan kepada orang lain.
Sahabat Petra,
Marilah kita semua, khususnya di masa prapaskah ini, kita melihat kembali hidup kita. Apakah selama ini, kita sudah menjadi penggarap-penggarap yang baik? Apakah selama ini kita sudah menjadi ranting-ranting atau pun kebun anggur yang menghasilkan buah yang baik? Ataukah justru kita tidak ada bedanya dengan penggarap-penggarap yang menolak para nabi dan tawaran kasih Allah, bahkan menolak pengorbanan PuteraNya?
Maka di masa prapaskah inilah saatnya kita perlu menyadari buah macam apakah yang telah kita hasilkan sebagai murid-murid Kristus? Semoga Tuhan Yesus selalu menuntun kita menjadi kebun anggur yang menghasilkan buah yang baik atau penggarap-penggarap yang setia... Semoga demikian... Amin...
Doa Umat:
Bagi ... yang sedang sakit.
Ya Tuhan... kami berdoa bagi ... yang saat ini sedang sakit. Kami yakin dan percaya bahwa kuasaMu mengatasi segalanya. Dengan rendah hati kami mohon agar Tuhan berkenan menolong saudara-saudari kami yang sedang sakit. Kami tahu Tuhan bahwa kami tidak layak Tuhan datang pada kami, namun bersabdalah saja maka saudara-saudari kami dan kami semua akan sembuh.
Bagi ... yang mohon berkat atas keluarga.
Tuhan, Engkaulah yang menciptakan dan memelihara kami melalui keluarga dan lingkungan hidup kami masing-masing. Maka kami percaya bahwa Engkau yang memulai perbuatan baik bagi kami akan mengakhirinya kelak dengan baik pula di dalam kemuliaanMu. Berkenanlah ya Tuhan, hadir di tengah-tengah keluarga... di dalam keluarga mereka senantiasa tercipta kerukunan, kedamaian, dan ketenteraman sebagai cermin kerajaanMu di dunia ini.
Bagi... yang memohon berkat atas usaha.
Bapa, Engkaulah penyelenggara hidup kami. Engkau tahu ketika kami terjatuh dan bangkit lagi berkat kekuatanMu. Engkau tahu ketika kami berjalan dalam usaha kami dengan segala kemampuan yang kami miliki. Namun kami menyadari bahwa semua itu sia-sia tanpa campur tanganMu. Tanpa Engkau ya, Tuhan, kami tidak dapat berbuat apa-apa. Maka segala usaha kami, kami pasrahkan ke dalam tangan kuasaMu dengan harapan agar Tuhan mau memberikan yang terbaik bagi kami sesuai dengan rancanganMu.
Bagi...
Komentar
Posting Komentar