Judul Buku                : Adam Harus Bicara
Penulis                        : Deshi Ramadhani, SJ
Penerbit                      : Kanisius 2010
Jumlah Halaman       : 304 halaman
Ukuran                       : 135 x 210 mm

Lelaki Bukan Adam
Oleh: Fr. Alfius Tandirassing

Dalam kisah penciptaan, Adam diciptakan terlebih dahulu daripada Hawa. Namun urutan penciptaan tidaklah berpengaruh pada kesejatian seorang lelaki seperti Adam. Adam tidak mampu bertindak sebagai seorang lelaki sejati. Ketika Hawa digoda oleh ular untuk memakan buah pohon terlarang, Adam bersama-sama dengan dia. Namun Adam hanya mendengar, menyaksikan, dan tidak berkata apa-apa. Ia sungguh tahu apa yang sedang terjadi. Ia sebenarnya bisa mengambil tindakan tapi sayang sekali ia tidak melakukannya (halaman 44).
Diamnya Adam adalah awal mula dari kegelapan setiap lelaki. Sejak Adam, setiap lelaki memiliki kecenderungan alamiah untuk tetap diam pada saat ia seharusnya angkat bicara (halaman 45). Lelaki merasa enak dalam situasi di mana ia tahu persis apa yang harus dikerjakan. Ketika segala sesuatu membingungkan dan menakutkan, batinnnya tertekan dan mengelak. Oleh karenanya, lelaki dipenuhi oleh ketakutan dan kemarahan dan lupa akan kebenaran Allah.
Lalu, bagaimanakah arti lelaki sejati sebagaimana yang direncanakan sejak awal penciptaan oleh Allah? Dalam buku “Adam Harus Bicara” ini akan dibahas tentang hal itu.
Buku ini mengupas tuntas makna lelaki sejati. Pembaca diajak untuk mengenal lelaki sejati sebagai suami, ayah, putera, saudara, lelaki seksual, lelaki Kristiani, lelaki pejuang, lelaki selibat, lelaki pencinta, lelaki berkuasa, lelaki yang Allah, dan lelaki yang Yesus. Penulis membagikan refleksi pengalaman hidup sebagai lelaki, pergaulan dengan para lelaki, dan pengalaman menjadi pendamping lelaki muda. Kemudian penulis mengukuhkan pandangan dan pengalamannya dengan Kitab Suci dan tradisi Kristiani.
Secara spesifik, buku ini mengajak para lelaki untuk menjadi diri sendiri yang mampu mengatasi rasa takut dalam bertindak, dalam mengambil resiko berat, dalam usaha memiliki spiritualitas mendalam, dan mampu menghayati hidup sepenuh hati. Namun secara umum, buku ini layak untuk dibaca oleh semua orang yang ingin memahami lelaki, terutama lelaki sejati.
            Buku ini disajikan dengan mengambil literatur dari berbagai sumber, terutama karya Paus Yohanes Paulus II tentang Teologi Tubuh (Theology of Body). Bertitiktolak dari sumber ini, penulis mengajak pembaca untuk sampai pada pemahaman tentang lelaki sejati sesungguhnya, sebagaimana direncanakan oleh Allah sejak penciptaan. Lelaki sejati justru lelaki yang terus berkontak dengan Tuhan karena itulah kenyataan dirinya yang paling asali. Jika kita mau menjadi lelaki sejati, kita harus menjadi sangat spiritual (halaman 278). Kini saatnya lelaki sebagai Adam belajar kembali untuk angkat bicara.             

Penulis adalah calon imam Diosesan Keuskupan Agung Makassar di Seminarium Anging Mammiri  dan mahasiswa Fakultas Teologi Wedabhkati Yogyakarta.

Komentar

Postingan Populer